Indonesian Contents

Sambutan Pembuka oleh moderator

Selamat datang kepada semua peserta. Selamat datang di aksi protes dan pawai “Hari Aksi Nasional untuk Palestina”.

Pada Selasa lalu, tepat dua tahun sejak dimulainya genosida brutal Israel terhadap rakyat Palestina yang tinggal di Jalur Gaza. Beberapa orang mungkin melihat 7 Oktober 2023 sebagai pemicu Intifada Ketiga, sementara yang lain menggambarkannya sebagai pemberontakan rakyat tertindas terhadap penindasnya. Namun, terlepas dari cara pandang atau deskripsinya, peristiwa ini akan tercatat dalam sejarah sebagai titik balik, menandai kebangkitan nurani dunia.

Tanggal 7 Oktober 2023 membawa penderitaan rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat ke permukaan. Selama puluhan tahun, Palestina diabaikan, pendudukan tanah mereka dinormalisasi melalui kolonialisasi dan rasa bersalah Eropa setelah berakhirnya Perang Dunia II. Setiap upaya sebelumnya untuk melawan dan membela diri terhadap penjajah mereka, yang semuanya dianggap sah menurut hukum internasional, membuat mereka secara tidak adil dilabeli sebagai ‘teroris’.

Namun, topeng itu telah benar-benar terlepas sejak 7 Oktober 2023, dan dunia kini menyaksikan terorisme yang sesungguhnya, yang dilakukan oleh mereka yang telah membunuh puluhan ribu orang, membuat jutaan orang kelaparan dan terpaksa mengungsi, serta melakukan pemboman karpet di tempat paling padat penduduk di bumi. Sebagai balasannya, suara-suara Palestina tidak lagi diabaikan, penderitaan Palestina tidak lagi tersembunyi, dan orang-orang dari seluruh dunia, termasuk di Korea, kini bersatu dengan Palestina dalam perlawanan terhadap Israel, Zionisme, dan sekutunya.

Hanya beberapa hari yang lalu, Trump mengumumkan rencana perdamaiannya, dengan Hamas dan Israel setuju pada fase pertama. Meskipun berita ini sangat disambut baik oleh warga Palestina di Gaza, bersama setiap orang yang bersolidaritas dengan mereka di seluruh dunia, kita tidak boleh kehilangan momentum. Warga Palestina, terutama di Gaza, berhak untuk bernapas, beristirahat, dan menikmati kedamaian dan ketenangan mereka, seberapa pun lama atau singkatnya, sementara kita mengorganisir dan terus berjuang untuk mereka dan kebebasan mereka, dari Sungai Yordan hingga Laut Mediterania.

Saleh (Warga Palestina dari Gaza)

Kami mohon maaf karena tidak dapat memberikan pernyataan dan meminta pengertian Anda.

Bang Hyun‑suk, penulis

Ada kalanya seseorang tidak bisa berkata, “Saya tidak melakukan apa-apa, jadi saya tidak bersalah”. Bahkan pada saat ini ketika kita tidak melakukan apa-apa, orang-orang Palestina sedang dibunuh.

Sejak Oktober 2023, Israel telah membantai 68.000 orang dalam 24 bulan terakhir.

Mereka membunuh satu orang setiap 15 menit, tanpa henti.

Keluarga yang sedang makan malam di rumah,

siswa yang sedang membaca buku di sekolah,

bayi baru lahir yang akan menangis untuk pertama kalinya di rumah sakit – mereka dibunuh seperti itu.

Alasan tunggal mereka dibunuh adalah karena mereka tinggal di Palestina, menolak untuk meninggalkan tanah air yang telah mereka huni selama lebih dari dua belas ribu tahun.

Apa yang dilakukan Israel bukanlah perang. Itu hanyalah pembantaian, membunuh demi membunuh.

Kejahatan pembunuhan yang mereka lakukan begitu mengerikan karena tidak berakhir sebagai kejahatan mereka saja.

Israel menjadikan seluruh umat manusia yang hidup di tahun 2025 sebagai kaki tangan mereka.

Siapa di antara kita yang dapat mengklaim bahwa kita bukan kaki tangan, bukan pembantu pembunuhan, ketika kita hanya menonton saat Israel membunuh 60.000 orang dalam 24 bulan terakhir?

Selama pembantaian Israel terus berlanjut,

tak peduli seberapa baik perbuatan yang kita lakukan hari ini untuk keluarga dan tetangga kita, kita hanyalah kaki tangan pembunuh, hanyalah pembantu pembunuhan.

Saya berdiri di sini bukan sebagai penulis , yang menceritakan kisah pejuang perlawanan bersenjata anti-Jepang yang melawan invasi dan pembantaian, tetapi untuk menghindari menjadi pembantu pembunuh.

Kita harus menyampaikan tuntutan yang sama kepada Israel dalam setiap bahasa di dunia.

Jangan jadikan kami kaki tangan pembunuhan.

Keith, Warga Amerika Serikat

Selama genosida ini berlangsung, kita telah mendengar banyak sekali kebohongan dan distorsi, namun setelah dua tahun dan $21 miliar bantuan militer dari AS untuk Israel, pengumuman mengenai “Rencana Kedamaian 20 Poin” adalah titik terendah baru dalam kemunafikan. Sudah tak terbantahkan, bahwa ini adalah genosida Amerika Serikat, Make no mistake, this is an American Genocide, dan melihat berita bahwa Donald Trump akan mengepalai “Board of Peace” sudah sepantasnya membuat marah siapapun dengan akal sehat.

Namun mengapa sekarang, setelah 2 tahun berlangsungnya pembantaian yang tak henti-hentinya dan ilegal, para pelaku genosida mencoba membuat kesepakatan? Jelas, bukan karena mereka menginginkan perdamaian. Saya yakin itu karena mereka takut. Dari Armada Sumud Global, hingga pemogokan massal di Italia, hingga demonstrasi yang semakin meluas di setiap kota di seluruh dunia, topeng legitimasi Israel telah disingkirkan secara permanen, dan Israel dipandang sebagaimana adanya: sebuah proyek pembersihan etnis kolonial.

Menanggapi semua itu, Trump ingin menenangkan dunia, tetapi kita tidak bisa membiarkannya lolos begitu saja. Meskipun Palestina harus melakukan segala yang mereka bisa untuk bertahan hidup, termasuk terlibat dalam sandiwara negosiasi “perdamaian” dengan penjahat perang, kita tidak boleh membiarkan kebenaran mati, kita harus menjadi suara kebenaran bagi mereka, dan kita harus menyerukan keadilan lebih lantang dari sebelumnya, yaitu Palestina Merdeka, dari sungai hingga laut.

Roby Muharram

CEO woncare.id (islamic filantrophy)

Former Secretary General of Natonal Commite for Palestnian People, west Java – Indonesia

Assalaamu’alaikum

Salam Kemanusiaan

Salam Perdamaian

Salam Kemerdekaan

Hari ini saya sangat bergembira, bagaimana tidak, kemanusiaan telah mempersatukan kita

dari berbagai macam warna kulit, ras, bangsa & agama berkumpul bersama untuk satu

suara. Kita mengatakan dengan lantang kepada dunia, “tidak perlu menjadi muslim untuk

peduli kepada palestina”.

Kita semua aktivis kemanusiaan yang berkumpul, sangat cinta dengan perdamaian. Tapi bagi

palestina, kita semua sepakat lebih cinta lagi kepada kemerdekaan.

Genosida membuat banyak mata anak-anak, ibu, lansia & warga gaza palestina tertutup. Tapi

kita teriakan kepada Israel, & pemerintah AS, sekarang lebih banyak lagi mata-mata hati

dunia yang terbuka.

Wahai pemerintah AS. Sejarah akan mengadili kalian sebagai pelindung pembunuh,

fasilitator pembunuhan masal. Jauh dari citra yang kalian tunjukan dalam film hollywood &

superhero kartun kalian.

Wahai penduduk planet bumi, mari terus simak isu palestina ini dengan cermat, terus

do’akan, lakukan BDS untuk israel & pendukungnya, jangan lupa donasi untuk

menyempurnakan perjuangan harta & jiwa kita.

Kami ucapkan kami cinta kalian sebagai saudara yang dirindukan dalam perjuangan

kemanusiaan untuk palestina.

Han Taeyeon, Palbongi

Salam kenal kawan-kawan, nama saya Han Taeyeon, selama dua bulan terakhir, saya sudah berpartisipasi dalam aktivitas Palbongi. Saya sangat senang berada disini bersama kawan-kawan. Saya ingin membagikan beberapa hal yang telah saya pikiran dan rasakan selama waktu yang singkat namun sangat berarti ini.

Setiap kali saya mendengar berita mengerikan dari Palestina, saya kerap kali merasa tidak berdaya di muka para kekuatan yang komplisit, yaitu para pemerintahan dan pemimpin yang membiarkan ini berlangsung. Namun kenyataannya, mereka yang tidak berdaya sekarang adalah kekuatan negara seperti Israel dan Amerika Serikat yang mati-matian berusaha membeli nama “kemenangan” dalam perjuangan ini.

Mereka tak berdaya karena mereka berhadapan dengan gelombang solidaritas yang tak terhentikan yang bertumbuh lebih kuat setiap harinya. Selama waktu saya di Palbongi, saya betul-betul telah merasakan kekayaan dan pentingnya kekuatan kolektif itu. Telah jelas bagi saya bahwa kekuatan yang memotivasi gerakan pembebasan Palestina tidaklah datang dari pemerintah, namun dari massa rakyat.

Setiap kali saya menghabiskan waktu yang manis di akhir pekan dengan kawan-kawan Palbongi dan partisipan demo yang bersemangat, energi saya terpenuhi kembali. Semangat dan kekuatan yang saya dapatkan dari kalian semua mendorong saya lebih maju, dan saya dengan tulus berharap bahwa energi ini dapat terus menyebar ke siapapun melalui upaya kami bersama.

Bersama, saya percaya bahwa solidaritas kita akan terus meruntuhkan struktur kolusi dan memobilisasi lebih banyak orang untuk bergabung dalam perjuangan ini. Mari kita jaga semangat gerakan pembebasan Palestina tetap hidup dan berkembang.

BEBASKAN PALESTINA!

Hozayfa, warga Mesir anggota Kufiya Solidaritas Palestina di Universitas Korea.

Semoga hari ini jadi momen untuk mengenang 77 tahun perjuangan dan merenungkan maknanya.

Dua tahun lalu, tepatnya 7 Oktober, Operasi “Al-Aqsa flood” mengguncang dunia. Hari itu membuka topeng busuk masyarakat internasional termasuk para diktator Arab dan memperlihatkan sifat asli mereka di depan semua orang.

Ketika para pengkhianat Arab bertanya, “Apa yang kalian capai pada 7 Oktober?” saya meminjam kata-kata Ghassan Kanafani dari lima puluh tahun lalu:

“Yang kita capai adalah bahwa rakyat kita tak akan pernah bisa dikalahkan dunia tahu kita bangsa kecil tapi berani kita berjanji akan terus berjuang merebut hak kita dan bersumpah berjuang sampai tetes darah terakhir, sampai keadilan benar-benar terwujud itulah pencapaian kita.”

7 Oktober mengembalikan isu Palestina ke pusat perhatian dunia dan menyingkap betapa berbahayanya fasisme Israel bagi perdamaian global. Lebih dari itu, peristiwa itu membuat Israel terisolasi seperti yg belum pernah terjadi sebelumnya.

Selama dua tahun terakhir, kita melihat perubahan besar. Gerakan solidaritas untuk Palestina bergema di jalan-jalan Amerika Serikat, Jerman, Belanda, dan banyak tempat lainnya, termasuk di Korea. Khususnya pada 1 Oktober lalu, Jalan Sinchon dipenuhi mahasiswa dari berbagai negara dan latar belakang, bersatu dalam satu suara: solidaritas untuk Palestina.

Tapi perjuangan belum selesai.

Kita tidak boleh berhenti sampai penjajahan kolonial benar-benar berakhir, tanah-tanah bersejarah Palestina dikembalikan, dan kebebasan sejati tercapai.

Di jalan menuju kebebasan itu, ada satu pertarungan lagi yang harus kita hadapi: membebaskan diri dari rezim Arab yang korup. Waktunya sudah dekat. Perlawanan dari dalam semakin kuat, hanya menunggu saat untuk meledak. Sekarang saatnya kita membangun gelombang solidaritas global untuk menekan para penguasa kita.

Hidup perlawanan Palestina!!

Panjang umur untuk kemerdekaan Palestina!!

Choi Kyu-jin (Ketua Komite Hak Asasi Manusia dari Asosiasi Dokter untuk Humanisme)

Halo. Nama saya Choi Kyu-jin. Saya menjabat sebagai Ketua Komite Hak Asasi Manusia dari Asosiasi Dokter untuk Humanisme dan mengajar di Universitas Inha di Incheon.

Saat ini, kita sedang menyaksikan langkah awal menuju pembebasan Palestina. Setelah aksi mogok massal oleh satu juta pekerja di Italia, puluhan ribu orang turun ke jalan di Prancis, Spanyol, Yunani, Inggris, dan di seluruh Timur Tengah. Gelombang solidaritas global terhadap Palestina ini mengguncang dunia, membuat Israel semakin terisolasi, dan melemahkan legitimasi Amerika Serikat serta kekuatan imperialis Barat lainnya yang mendukungnya.

Peristiwa ini tidak terjadi dalam semalam. Semua ini dimungkinkan berkat solidaritas teguh dari orang-orang yang berhati nurani di seluruh dunia, yang secara konsisten menyerukan pembebasan Palestina. Kita — yang telah berdiri di sini tanpa henti, hujan ataupun cerah, setiap minggu selama dua tahun terakhir — adalah percikan api yang menyalakan nyala semangat ini.

Sebenarnya, kita sudah menciptakan perubahan yang berarti. Kalian sendiri telah melihatnya: bagaimana wajah-wajah yang dulu bermusuhan kini menyambut kita dengan tanda damai, bagaimana banyak Muslim di Myeongdong meneteskan air mata selama aksi kita. Bahkan di Universitas Inha, saya bisa merasakan perubahan dalam respon mahasiswa dan staf ketika saya memasang poster atau mengadakan kampanye kesadaran.

Namun kita harus melangkah lebih jauh. Mengikuti contoh yang diberikan oleh para pekerja Italia, kita harus menutup setiap celah tempat imperialisme bisa bernapas dengan kekuatan rakyat akar rumput. Revolusioner Aljazair, Frantz Fanon, pernah berkata bahwa kolonialisme tidak bisa dikalahkan melalui akal atau seruan moral — hanya bisa ditundukkan oleh kekuatan yang lebih besar.

Mari kita kumpulkan kekuatan kita untuk pembebasan Palestina.

Terima kasih.

공유